Senin, 15 Agustus 2016

Review: MADRE

Hasil googling cineplex.pic

MaDre adalah sebuah film yang diangkat dari sebuah novel karangan Dee-Dewi lestari. Seperti juga novelnya, filmnya juga keren. Ini menurutku yang memang suka film bergenre drama. Apalagi Vino G. Bastian yang memerankan sebagai Tan sen. Membuat peran Tan sen benar- benar hidup. Pembawaan Vino yang urakan terlihat natural, kecuali rambut gimbalnya ya. Ga banget. Tapi karena memerankan sebagai anak pantai. It's ok lah. Ketutup sama kerennya Vino. :)

May yang diperankan oleh Laura Basuki juga cocok, pembawaan Laura yang lembut sangat pas untuk berperan sebagai gadis bandung. 

Senior Dedi petet memerankan sebagai pak Hadi ga usah diragukan lagi. Acting beliau sangat mumpuni. Mau peran apa saja kayanya cocok- cocok aja deh. Salut pak.

Berbicara soal MaDre, Saya pernah membaca bukunya tapi sudah lumayan lama. Jadi ga bisa maksimal membandingkan antara buku sama filmnya. Sejauh yang saya ingat ga jauh melenceng dari novelnya. 

Tan sen yang tiba- tiba didatangi seorang notaris mendapatkan sebuah warisan dari kakeknya. Saat itu dia merasa bingung, karena sejauh yang dia ingat kakek yang bersamanya adalah orang sunda. Tapi garis keturunan keluarganya berubah 180 derajat. Saat menemui pak Hadi yang merupakan teman sekaligus pegawai setia kakeknya, Tan sen baru tahu kalau ternyata dia keturunan India dan Tiong Hoa. Kebayang ga sih rasanya? Pasti bingung banget.

Lebih membingungkan lagi, warisan  yang diberikan padanya adalah MaDre. Sebuah biang adonan pembuat roti. Tan sen berlatarbelakang anak pantai yang bebas harus menjadi pembuat roti. How sexy He is. :P
Dilema banget. Tan sen harus milih antara kehidupan bebasnya atau melanjutkan usaha keluarganya. Setelah bolak balik. Akhirnya dia menemukan alasan untuk tetap tinggal di sana. 

Cinta. Cintanya kepada May membuatnya tetap tinggal. Setelah terjalin kerjasama antara Tan de Bakker dan usaha roti milik May, Fairy Bakery. Tan sen diajak untuk metting. Nah, di Fairy Bakery ini Tan sen akhirnya tahu kalau May sudah punya calon suami. Nyesek!

Tan sen jadi kehilangan alasan untuk tetap mengelola toko rotinya dan menitipkan toko Tan de Bakker kepada May. Tan sen balik ke kehidupannya sebagai anak pantai.

May merasa bersalah dan bersedia memajukan usaha roti milik Tan sen karena cerita masa kecilnya. May pernah merusak biang roti milik kakeknya. Untuk menebus rasa bersalah itu makanya May menginginkan MaDre. Dan alasan lainnya yaitu rasa cintanya pada Tan sen. 

Cinta May kepada Tan sen juga yang membuatnya batal menikah.Dan memilih berjuang mengelola Tan de Bakker hingga Tan de Bakker benar- benar bangkit dari keterpurukan. Banyak perbaikan di sana sini.

At d End Tan sen balik lagi ke Tan de Bakker dan ketemu sama May.

Mungkin alur ceritanya hampir sama dengan cerita drama pada umumnya. Pertemuan- menyatu-konflik terus balik lagi. Tapi cara penyajian film ini yang manis membuat film ini layak banget untuk ditonton. Bravo Dee. Sukses selalu :)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar