Minggu, 14 Agustus 2016

DIA

 " Gue mencium adanya masalah pribadi di sini. Lo ga propesional bang" 
Arkhan menghempaskan tubuhnya di kursi di depan Arya. Arya yang melihat saudaranya seperti itu hanya mengernyitkan dahi.

"Lagi dapet?" Katanya cuek. Sambil mengangkat gelas yang ada di depannya. Lalu meminumnya. "Mau pesan apa?" Tanyanya mengalihkan perhatian. Merasa tidak tertarik dengan alasan Arkhan marah padanya.

"Gue berbicara soal proposal itu bang" Arkhan masih kekeuh dengan topik yang dia ajukan. Tidak perduli Ayra suka atau tidak.

Kali ini Arya malah menyendok pancake lalu memakannya. Arya membenarkan posisi duduknya lalu bersandar. Tanpa menjawab ataupun memberi respon.

"Gue dengar dia juga pernah bersekolah di SMU 1 dulunya. Kalian satu SMU ya. Ada cerita apa dulunya?" pembicaraan Arkhan masih tidak jelas ke mana arahnya.

"Adam Faiz Al Arkhan, keponakan kesayangan bokap gue, lo ngomong apa gue ga faham. Perut gue lapar dan sekarang sudah jam 3 sore. Mending lo pesan, makan, terus kita balik ke kantor karena masih banyak yang harus kita selesaikan. Setuju?"  Arya tidak suka membuang- buang waktu di tempat ini.  

"Katanya lapar, kok belum pesan makanan berat?" Arkhan sedikit bingung dengan sikap sepupunya ini. 

"Kan gue nungguin lo" Jawabnya sambil menaikkan alis menyuruh Arkhan untuk bergegas memesan makanan. Arkhan hanya tertawa melihat tingkah Arya yang semakin ga jelas.

Setelah makanan datang mereka mulai melahap makanan mereka. " Ini bukan soal dendam pribadi, gue ga ada urusan dengan perusahaannya gue hanya ingin ngasih pelajaran buat dia. Ga semua yang ada di dunia ini harus berjalan sesuai dengan keinginannya. Ada kalanya dia hanya harus melihat semua lepas dari genggaman tangannya  dan menyaksikan semuanya menjauh. Dia akan mendapat pelajaran berharga. Dan itu akan didapatnya dari gue. Arya Fahmi Winata" Arya melanjutkan makannya tanpa menoleh. Menyisakan tanda tanya di hati Arkhan. 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar