Senin, 15 Agustus 2016

A little Thing CalLeD lOvE

"What? Sudah jam segini" Arya panik melihat arlojinya. Sudah pukul 4 Sore dan dia masih bersantai. 

Arkhan ikutan panik melihat Arya panik. " Gue udah kok" katanya khawatir. Dia buru- buru berdiri dan berbalik.

"Aw hati- hati dong" teriak sebuah suara membuat Arkhan tambah panik. " Oh plis jangan sekarang" bisiknya. Arkhan menoleh ke Arya setelah sadar bahwa Arya menabrak seorang perempuan.

"lo yang harusnya ngeliat kalau jalan. Ga sibuk memperhatikan dandanan lo" Arya balik memaki gadis yang ditabraknya. " Untung tangan gue ga patah lo tabrak" teriaknya lagi. Berlebihan.

" Arya Fahmi Winata, tetap saja berlebihan" gadis itu berbicara datar. Membuat Lira dan Arkhan terpaku menatap mereka.

"Shazfa Heidi Azkadina, tetap saja sombong" Arya membalas dengan nada yang sama setelah sadar siapa yang sedang berdiri di hadapannya.

Lira dan Arkhan saling berpandangan, meminta penjelasan satu sama lainnya. Tapi tidak satu pun dari mereka yang paham dengan situasi ini.

" Ada yang bisa menjelaskan sesuatu ga?" Lira buka suara dan dijawab dengan keheningan. Shazfa dan Arya bahkan saling membuang pandangan seperti anak- anak yang sedang tidak akur. " Ok, bisa sambil duduk. Semua perhatian tertuju pada kalian sekarang" Kalimat pamungkas untuk membujuk Shazfa yang tidak suka menjadi pusat perhatian. Shazfa langsung berjalan mengitari mereka dan memilih kursi untuk duduk. Anehnya Arya yang berniat untuk pergi sekarang malah mengikuti Shazfa dan duduk di hadapannya. Arkhan yang masih menebak- nebak dalam hati sedikit gusar tapi tidak punya pilihan lain.

" Maaf, pak Arya dan Mbak Shazfa sudah saling kenal? " Lira mencoba mencairkan suasana.

Arya merasa situasinya berubah aneh berusaha bersikap wajar. " Shazfa teman satu SMUku" 

Mendengar keterangan ini Arkhan mulai paham kondisi yang dihadapinya. tapi memilih tetap diam menyimak apa yang terjadi.

" Maaf lagi ni pak kalau saya lancang, berarti yang membuat bapak tiba- tiba membatalkan berinvestasi di perusahaan kami itu karena masalah pribadi ya?" Lira sedikit khawatir dengan jawaban yang akan diterimanya. " Berarti ga propesional dong" pikirnya. 

" Saya tidak membatalkan, hanya ingin mengkaji ulang" kilah Arya.

" Setelah tahu yang kamu telpon itu adalah Shazfa yang sama dengan yang nolak kamu?" Shazfa tidak sabar dengan jawaban Arya yang terdengar klise.

" Ini bukan masalah diterima atau tidak, ini masalah jawaban yang saya dapat. Tidak semua yang saya inginkan harus saya dapatkan. Memangnya sejak kapan saya pernah memaksakan keinginan saya terhadap kamu. Di depan semua orang. Seolah- olah saya laki- laki berengsek yang berdiri di hadapan kamu" Arya mencoba menahan suaranya agar tidak terdengar oleh pengunjung lain.

" Karena kamu memang" Shazfa mengingat peristiwa itu lagi. " Sebenarnya siapa yang dibuat sebagai bahan tertawaan? Kamu atau saya?" Shazfa mengingatkan.

Arya mengernyitkan dahi, mulai tidak paham arah pembicaraan Shazfa. " Maksud kamu?" 

" Kamu ngerasa semua cewek akan tertarik sama kamu. Kamu ngerasa paling keren? Saya tau sebelum kamu nembak saya di depan yang lain, kamu nembak cewek lain kan? Saya tau, saya dengar semuanya dari awal sampai akhir" Shazfa menghembuskan nafasnya perlahan. Masalah ini sudah menjadi masa lalu baginya, tapi setelah menerima telpon penolakan dari Arya dia menyadari ternyata kisah ini belum usai.

" Kamu tidak mendengarnya dari awal sampai selesai Shaz, kalau kamu mendengar semuanya kamu tidak akan semarah itu sama saya. Ada bagian penting dari kalimat itu yang tidak kamu dengar. Saya dan Nasra teman dekat. Tidak seorang pun yang tau bahwa saya yang saat itu bisa nembak cewek manapun yang saya mau tidak punya nyali untuk nembak kamu. Sampai- sampai saya butuh Nasra sebagai penyemangat saya. Kata- kata saya ke dia adalah kata- kata yang akan saya tujukan ke kamu. Kamu bisa konfirmasi ke dia. Sekarang" 

Shazfa terpaku mendengar penjelasan Arya. Shazfa tahu Arya tidak akan berbohong tentang ini. Ini hanya salah paham, dan semua sudah jelas. " Jadi sekarang? " 

" Apa?" Arya tidak paham.

" Proposal itu. Ini semua hanya salah paham. Dan mungkin apa yang kamu inginkan sudah tercapai, lalu apa sekarang?" Shazfa ingin kepastian karena besok pasti sudah ditanya lagi.

" Ini tidak murni soal balas dendam atau apa, saya memang masih butuh waktu untuk menilai kembali proposal itu. Tapi pasti secepatnya akan saya beri kabar baiknya" Arya mencoba menjelaskan.

" Well konfirmasi lebih baik dari pada menduga- duga kan? lebih baik tanya kan langsung dari pada nyesek sendiri" Lira mulai berbicara.

Arkhan tidak punya ide untuk disampaikan tapi cukup paham dengan apa yang terjadi setelah mendengar semua penjelasan ini. Hasil dari sebuah kesalahpahaman memang besar dampaknya. Apalagi kalau sampai tidak dikonfirmasi, ga kebayang kalau sampai mereka mati ga ada penyelesaiannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar