Minggu, 08 Juli 2012

Review: Pengantin Surga


 
Judul Buku  : Pengantin Surga
Penulis        : Nizam Ganjavi
Penerjemah : Ali Nur Zaman
Penyunting  : Salahuddien Gz
Penerbit      : Dolpin
Tebal           : 256 Halaman, Paperback

 
Sebelum saya bercerita tentang isi buku ini, saya butuh pemakluman dari teman blogger. Pertama, ini adalah pengalaman pertama bagi saya dalam mereview buku. Kedua, saya adalah orang awam dalam bidang sastra dan masalah kepenulisan. Walau dengan keterbatasan pengetahuan saya tentang sastra, tapi buku ini tetap dapat saya nikmati dengan lahap. Ya tentunya dengan membaca dan mencerna kata perkata yang tertulis di buku ini.

Membaca beberapa halaman awal menggambarkan tentang harapan orang tua tentang keturunannya. Seberapa pun kayanya sebuah keluarga akan terasa kurang lengkap tanpa kehadiran buah hati. Kegundahan mereka tentang siapa yang akan mewarisi kekayaan mereka terbayar ketika anak yang dinanti akhirnya lahir.

Setelah halaman pengharapan berakhir, masuk dalam kisah pertemuan dua jiwa. Tanpa perlu meneguk anggur mereka telah mabuk oleh cinta. Bayaran yang tak setimpal yang Qays berikan untuk kedua orangtuanya yang telah begitu mengharap kehadirannya. Karena cinta telah menjadi dunianya, sehingga dia lupa akan orang sekeliling bahkan kewajibannya.

"Ketika teman-teman mereka sibuk dengan kitabnya, Dua anak ini justru menghayati pelajaran lainnya: Membaca gramatika cinta melalui tatapan mata. Kerlingan adalah tanda-tanda yang mereka eja".

Saya lebih kecewa lagi ketika Qays (Majnun) membiarkan cintanya terlihat rendah dengan kegilaannya. Dia memamerkan ketidakberdayaannya di hadapan cinta. Tapi apa hendak dikata ketika cinta merasuki jiwamu, kadang kau akan merasa cinta adalah duniamu dan sekelilingmu adalah objek pelengkap saja. Dengan alasan apa pun jika mencintai seseorang tak seharusnya dia sebegitu egoisnya membiarkan kekasih hati menjadi cemoohan orang. Membuat Layla tersiksa dan dikurung oleh orangtuanya. Membenarkan semua yang dilakukannya mengatasnamakan cinta. 
Saya akan terlihat sangat kejam jika menghakimi Qays, tapi dia juga sama seperti saya yang juga manusia. Mempunyai sisi lemah dan keunggulannya. Mungkin pahit kisah yang dialaminya mengajarkannya agar menjadi lebih bijak dalam berkata.
"Begitulah Majnun menasehati anak muda itu. Berhati-hatilah dengan ucapan yang tak dipikirkan secara dalam. Sebelum kau lepas anak panahmu, periksalah busurnya. Apakah senarnya terlalu kendur untuk mencapai sasaran, atau lenganmu terlalu lemah untuk merentangkannya? Dan kata-kata bisa meluncur lebih cepat dari anak panah".


Buku ini jika dibaca dengan meresapi kata demi kata, jelas tidak hanya bercerita tentang cinta. Tapi banyak hal yang bisa diambil hikmah dan pelajaran. Seperti juga cinta apa pun di dunia ini akan punya arti lebih jika kita menghargainya. Dan Tuhan tidak pernah menjadikan sesuatu itu sia-sia.
Jadi apakah di akhir cerita mereka benar-benar menyatu? Atau mereka mati atas nama cinta?

Saya mohon maaf jika review dari saya bertolak belakang dengan apa yang di maksud oleh buku ini. :)

Setelah membaca buku ini jadi teringat puisi karanganku...


Mereka bilang cinta itu pengorbanan...
Cinta itu buta...
Dan entah berapa banyak lagi kata yang untuk mengungkapkan arti kata "cinta"
Yang ku tau...
Bahagia melihatnya bahagia itu "Cinta"

Meraka menginginkan cinta yang sempurna...

Mereka bermimpi mempunyai cinta seperti
"Sah jahan"...
Memberi Istana untuk org yang dicintainya...
Tp ku tak menuntut itu dari mu..
Ku hanya ingin kuil kecil ku
dengan keluarga bahagia didalamnya...
Tawa anak ku dan hangatnya keluarga...
bukan Istana dengan kuburan megah didalamnya....

Mereka bermimpi mempunyai cinta seperti...
"Romeo"...
Mereka mati demi cinta...
Tapi ku tak mengharapkan itu....
Aku ingin,..Secuil cinta yang ku punya..,
Dapat membuat mu hidup demi aku..

Mereka bermimpi menpunyai cinta seperti...
"Majnun"
Gila karena kekasihnya tak dapat hidup bersamanya...
Tapi ku bahagia saat kau hidup bahagia...

Banyak cinta yang menginspirasi kisah cinta...
Tapi ku mau...cintaku menginspirasi hidupmu...
Membuat mu terus bernafas dan melanjutkan hidup...
Walau dimana dan dengan siapa bahagia mu...

HIdup cuma sekali...
Cinta cuma sekali...
hiduplah dengan cinta yang dapat membuatmu slalu tersenyum,
bukan dengan cinta yang membuatmu terus "berangan"..
dan sakit saat mendapati kisahmu tak seindah MIMPI....

By: woro




Tidak ada komentar:

Posting Komentar